Karanganyar: Cembengan awalnya dari Cing Bing-an

Ritual "Cembengan", di Karanganyar, Jateng, Jumat (19/4/2013) — © Andika Betha/Ant

Awal musim penggilingan tebu di Karanganyar, Jateng, diwarnai dengan ritual Cembengan. Rombongan "pengantin tebu" diarak menuju Pabrik Gula Tasikmadu, Karanganyar, Jumat (19/4/2013). Tebu laki-laki diberi nama Bagus Madu Pastika (diambil dari Kebun Mojoroto TRS I KSO), dan pasangannya Roro Palastri (diambil dari Kebun Kragilan TRS I KSO).

Di Karanganyar, ini adalah ritual tahunan yang sudah dimulai sejak Pabrik Gula (PG) Tasikmadu didirikan oleh Mangkunegara IV tahun 1871. Situs resmi pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar rajin melaporkan ritual ini dalam tiga tahun terakhir. Acaranya secara resmi disebut dengan "Selamatan Giling PG Tasikmadu".

Konon, nama ritual ini aslinya Cing Bing dan dilakukan warga Tionghoa yang jadi kuli tebu di jaman Belanda untuk mensyukuri berkah dari Tuhan. Warga lokal lalu menyebutnya Cing Bing-an, dan melanjutkan tradisi ini. Karena sulit mengeja Cing Bing-an, lalu berubah jadi Cembengan.

    Komentar

    Percampuran budaya yang menarik. Kalau di Bogor ada Ceng Beng, tapi kok bebersih makam leluhur ya..

    Kegiatannya memang bisa beda-beda, karena sudah bercampur dengan kepercayaan lokal :)

    disemua wilayah pabrik gula ada pasar malem wiwit/wiwitan. dulu pake dangdut seronok seksihhh segala

    x
    x