Tantangan media cetak di era digital

(Kiri ke kanan) Handoko Hendroyono, Edwin, Kemal Gani saat menjadi pembicara di Obsat, Senin (18/2/2013) — © Beritagar

Majalah Newsweek menghentikan edisi cetak, dan beralih penuh ke distribusi online pada akhir 2012. Peristiwa ini dianggap memastikan tanda-tanda berakhirnya era media cetak. Hal ini menjadi bahan diskusi beberapa praktisi media massa Indonesia di Obrolan Langsat, Senin (18/2/2013), dengan tema Tsunami Digital.

"Bisa kita sebut begitu, karena revolusi teknologi digital memaksa media cetak untuk berinovasi dan mengubah model bisnis, jika ingin tetap bertahan," ujar Yuswohady, praktisi pemasaran. Tantangan lain menurut Handoko Hendroyono, penulis buku Brand Gardener, kini semua orang dapat membuat dan mengakses konten lebih mudah via media sosial.

Menanggapi soal ini, Petty Fatimah, pemimpin redaksi Femina mengungkapkan strategi di era digital lebih mengarah pada pengelolaan komunitas. "Bahasa kerennya, engagement," katanya. Sementara pemimpin redaksi SWA, Kemal Ghani menyatakan, "Apa yang terjadi di luar, belum tentu cocok di Indonesia. SWA sendiri kini tidak hanya mengandalkan edisi cetak, tapi juga mengembangkan riset dan event."

    x
    x