10 Piala Citra untuk Idris Sardi
Totot Indrarto

Salah satu orang yang sangat dihormati di dunia perfilman Indonesia justru seorang seniman musik, yaitu Idris Sardi. Maestro biola tersebut dipercaya menjadi penata musik oleh Misbach Jusa Biran di film pertamanya, Pesta Musik La Bana (1960). Hingga perfilman nasional mati suri (1992), ia sudah membuat musik di 182 film, atau rata-rata lima film dalam setahun. Padahal ia juga sangat aktif di berbagai kegiatan musik dan orkestrasi sampai ke luar negeri
Bukan hanya dedikasinya yang luar biasa, prestasi Idris juga mengagumkan. 19 kali masuk nominasi FFI, sepuluh diantaranya mendapat Piala Citra -- sekaligus rekor terbanyak yang mungkin sulit ditandingi sampai kapan pun.
Ayah Idris, Mas Sardi, adalah pemain biola utama Orkes Studio RRI Jakarta -- pemusik Indonesia pertama yang mengkhususkan diri sebagai penata musik film (1939-1941). Sedangkan ibu (Hadidjah), kakek (Habibah), dan kakek buyutnya (Moesa) dikenal sebagai aktris dan aktor. Dengan demikian dua anak Idris, Lukman dan Santi, merupakan generasi kelima pemain film dalam keluarganya.
Ketika menjadi cameo di film Doea Tanda Mata (Teguh Karya, 1984), Idris membawa biola Stradivarius kesayangannya yang langka dan sangat mahal. Beberapa kali dicoba, nada biolanya sumbang terus. Belakangan ia menyadari senar-senar biolanya basah terkena semprotan oli yang digunakan Teguh untuk membuat efek asap. Ia pun marah-marah kepada sutradara yang juga sahabatnya itu.