Cerita paling banyak difilmkan

Poster bioskop Njai Dasima I (1929) di Batavia. Wikipedia — © Wikipedia

Hikayat Njai Dasima yang ditulis G. Francis pada 1896 memang melodramatis. Perawan Bogor nan cantik yang jadi istri simpanan pria Inggris itu tega meninggalkan anak dan suami yang kaya raya, hanya untuk menjadi istri muda Samiun. Ternyata ia malah disia-siakan, harta bawaannya dihabiskan berjudi oleh istri Saimun, dan kemudian dibunuh.

Cerita yang kerap dimainkan dalam pentas lenong, dengan berbagai interpretasi dan pengembangan tersebut, ternyata juga paling banyak difilmkan. Lie Tek Swie, yang belajar cara bercerita film hanya dari pengalaman sebagai pegawai pemeriksa kopi film sebuah distributor, membuat tiga sekuel: Njai Dasima I (1929), Njai Dasima II (1930), dan Nancy Bikin Pembalesan (Njai Dasima III) (1930). Yang terakhir itu merupakan kelanjutan cerita yang tidak ada di buku.

Bachtiar Effendy juga pernah membuat Njai Dasima (1932). Dalam versi sedikit berbeda, ada Dasima (Tan Tjoei Hock, 1940), yang disebut moderne versie dari karya G. Francis itu, serta Samiun dan Dasima (Hasmanan, 1970), yang melakukan pendalaman psikologis tokoh-tokohnya sembari mempertontonkan banyak adegan erotis dan seks. Akibatnya, Misbach Jusa Biran minta namanya dihapus sebagai penulis skenario.

    x
    x