#JogjaOraDidol curi perhatian linimasa

Kampanye Jogja Ora Didol di pojok benteng Jogja. Teks ini telah dihapus oleh pemerintah kota. — © facebook.com/cakpii

Tangkapan layar Topsy, menunjukkan statistik #JogjaOraDidol, Rabu sore (9/10/2013) — © Istimewa

Dua hari pasca hari jadi kota Jogjakarta (7/10/2013), tagar #JogjaOraDidol (Jogja tidak dijual) menyita perhatian linimasa Twitter Indonesia, meski belum menjadi tren. #JogjaOraDidol merupakan bentuk protes terhadap kebijakan pemkot Jogja, khususnya pada masalah penataan dan komersialisasi ruang publik. Komunitas seniman, pesepeda, street artist, sebagainya ikut menginisiasi gerakan ini.

Grafik Topsy menunjukkan, hingga sore ini (9/10/2013), sebaran tagar #JogjaOraDidol telah melewati 400 kicauan dalam sehari terakhir. Kebanyakan kicauan menyoal arah pembangunan Jogja.

Para inisiator gerakan ini, juga menggelar () selama lima bulan (6 Oktober 2013 - 6 Maret 2014). Sebuah ajang berkesenian, yang dirancang untuk menemukan berbagai persoalan perkotaan di Jogja.

>> Terkait:

    x
    x