Kisah bajaj: kamus, warna, dan Eddy Tansil
Antyo R.

Kita melafalkan “jaj” dari “bajaj” sebagai “jay”, sehingga pernah muncul pelesetan “bajaj pasti berlalu”. Bajaj, si roda tiga itu, hadir di Jakarta sejak 70-an, bersama skuter bermerek sama, dari India. KBBI memuat “bajaj” sebagai nama benda, bukan jenama. Jumlah bajaj di DKI sekitar 14.000.
Bajaj bermesin 2 tak, 150cc. Suaranya bising, getarannya keras. Bajaj biru 4 tak, ber-BBG atau bensin, lebih halus, mencoba menggantikan sejak 2006. Perakitan bajaj dulu dilakukan oleh Eddy Tansil dan ayahnya (Tunas Bekasi Motor Company). Pada 1996 Tansil, terpidana penggelapan kredit Bapindo US$565 juta (±Rp5,48 triliun, nilai kini), kabur dari bui.
Mulanya bajaj di DKI ada beberapa warna, sesuai wilayah edar. Kini semuanya oranye, diselingi biru, hanya warna tanda pada pintu yang membedakan wilayah (abu-abu Jakpus, hijau Jaktim, kuning Jaksel, merah tua Jakbar, dan putih Jakut). Pemarkiran bajaj, sepupunya tuktuk Thailand, inilah yang hari ini (23/4/2013) untuk kesekian kalinya ditertibkan di Jakarta.