Malang: karena flu burung, industri shuttlecock murung
Antyo R.

Dari Taiwan bulu-bulu angsa terbang hingga Jawi Wetan (= Jawa Timur). Tepatnya: diterbangkan — jika memakai kargo kapal udara. Di Singosari, Malang, bulu-bulu diolah menjadi shuttlecock. Tapi sejak awal April, Pemerintah melarang impor bulu unggas dari Cina untuk mengerem flu burung. Akibatnya bahan baku shuttlecock pun berkurang.
Lho, impor dari Taiwan atau Cina? Menurut blog Radio Taiwan International, tanpa tanggal artikel, negerinya mengimpor bulu angsa dari Tiongkok, “…karena Taiwan tidak menghasilkan bahan baku sendiri.”
Persoalan bagi Cak To (28), dan perajin lain shuttlecock di Singosari, Jumat (26/4/2013), kerugian setiap produsen bisa Rp10 juta/minggu karena produksi anjlok. Biasanya 180 slop, pekan ini 20 slop/hari. Ricky Subagja, juru bicara PBSI, kepada Kompas menyatakan turunnya pasokan shuttlecock hingga 40% bisa mengganggu pelatihan.