Pembasmi tikus: burung hantu, gula, dan jengkol

Petani menunjukkan hasil buruan tikus di lahan pertanian Desa Bulu, Kecamatan Purwoasri, Kediri, Jatim, Rabu (24/4/2013). — © Rudi Mulya/Ant

Tikus hanya lucu dalam kartun. Di luar itu? Kemarin (24/4/2013), puluhan petani menggropyok tikus sawah. Padi di atas 60ha sawah di Desa Bulu, Purwoasri, Kediri, Jatim, dirusak tikus. Biasanya gropyokan dilakukan dengan memancing keluar tikus dari liang, memakai pengasapan. Setelah keluar, tikusnya diburu, ditangkap, dihajar tanpa ampun. Istilah keren untuk cara macam itu: “community action”.

Di luar itu masih ada cara lain pembasmian, termasuk peracunan. Istilah moderatnya: pengendalian hama. Intisari bulan lalu menganjurkan pemanfaatan musuh alami, yaitu burung hantu. Dalam setahun, seekor burung hantu bisa memangsa 1.300 tikus. Sepasang burung hantu bisa melindungi 25ha sawah.

Tapi menurut blog Padiberas, tikus bisa diatasi dengan menaruh banyak gula di dekat liang. Kedatangan semut akan mengusir tikus. Kalau menurut blog Dinas Pertanian Madiun, tikus bisa dibasmi dengan kulit jengkol. Cara lain? Silakan baca situs BB Padi Kementerian Pertanian.

    x
    x