Piringan hitam; lokal lebih mahal

Salah satu pemandangan di Toko D'Jadul, di basement Blok M Square (6/9/2013) — © Beritagar/Nanang Oriex

Antusiasme pecinta piringan hitam (PH) tidak sekadar dalam hal memburu album baru. Album lawas juga menjadi primadona. Meski kategori ini lebih mahal dibanding yang baru. "Sejak gue jualan tiga tahun lalu, PH yang paling banyak dicari itu album Indonesia," ujar Ridwan (38), pemilik toko PH, CD dan kaset bekas D'Jadul, Kamis (5/9/2013) petang.

Ia menambahkan bahwa vinyl album perdana dan satu-satunya milik Guruh Gipsy yang antara lain diperkuat oleh mendiang Chrisye meski dibanderol sebesar Rp1,5 juta, tetap dibeli.

Hal yang sama diungkapkan oleh Ariyanto (30), salah satu pemilik toko PH dan CD bekas yang mangkal di basement Blok M Square. Menurutnya, sekarang tren para pembeli PH mencari album band-band lokal 60-an dan 70-an. Album PH termahal yang pernah dijualnya adalah album milik Koes Bersaudara berjudul "To The So Called The Guilties" (1967). PH yang dibenderol Rp700 ribu akhirnya dibeli oleh Soleh Solihun, komika dan penyiar radio.

    x
    x