Sutradara perempuan pertama di Indonesia
Totot Indrarto


Meskipun sudah berusia seabad lebih, lingkungan produksi film masih terkesan sebagai dunia yang maskulin. Bahkan di Hollywood, tahun lalu hanya terdapat 9% sutradara perempuan, dan baru dalam Academy Awards 2009 muncul perempuan pertama yang memenangi Oscar untuk sutradara terbaik: Kathryn Bigelow (The Hurt Locker). Padahal perempuan Prancis, Alice Guy-Blaché, sudah mengarahkan film sejak 1898.
Tahun 1950, di Indonesia, Ratna Asmara menjadi sutradara perempuan pertama lewat film Sedap Malam. Hebatnya lagi, Istri wartawan dan sutradara teater/film Andjar Asmara itu dipercaya membuat film pertama Persari yang baru didirikan Djamaludin Malik. Sebelumnya ia aktris teater yang juga membintangi sejumlah film. Karya-karyanya yang lain: Musim Bunga di Selabintana (1951), Dr. Samsi (1952), Nelajan(1953), serta Dewi dan Pemilihan Umum (1954).
Sepuluh tahun kemudian barulah Sofia W.D., yang juga seorang aktris, menjadi sutradara Badai Selatan (1960), bertandem dengan penata kamera Liauw Kuan Hien. Film itu menjadi film Indonesia pertama yang terpilih masuk official selection Berlin International Film Festival 1962. Prestasi yang baru bisa disamai Postcards from the Zoo (Edwin) pada 2011 atau hampir setengah abad kemudian.