Jogja memang (juga) merek dagang
Antyo R.
Jogja atau Yogya? Kota, dan wilayah itu (karena berupa provinsi), memang memiliki sejumlah lafal (penyebutan), tak hanya secara lisan namun juga penulisan. Perjalanan waktu akhirnya menentukan mana yang lebih hidup. Silakan lihat ilustrasi.
Salah satu versi, yakni Jogja, akhirnya diresmikan sebagai merek dagang dengan logo hasil coretan Sri Sultan Hamengkubuwono X, pada 2001. Menurut arsip The Jakarta Post, proses penjenamaan dan pencitraan "Jogja: Never Ending Asia" melibatkan konsultan pemasaran MarkPlus (Hermawan Kartajaya) dan konsultan jenama serta logo Landor dari Amerika Serikat.
Penjenamaan Jogja itu bertujuan agar Yogyakarta menjadi pengemuka kawasan ekonomi di Asia untuk perdagangan, pariwisata, dan investasi dalam lima tahun. Menurut Suharnomo, S.E., M.Si., dosen FE Undip, Semarang (Jateng), dalam Suara Merdeka 10 April 2007, "Jogja: Never Ending Asia" itu gagal.
» Terkait:
- #JogjaOraDidol dalam linimasa Twitter
- Linimasa Twitter membela penulis grafiti Jogja Ora Didol
- Kegelisahan Warga Jogja
Binawati
Lho, kok gagal?